Pada
kebanyakan penguat sumber daya dengan masukan melalui sebuah kapasitor
penggandeng, agar arus panjar pada basis tidak masuk ke dalam sumber isyarat.
jika ini terjadi tegangan panjar transistor akan terganggu. Hal serupa juga dilakukan
pada keluaran, yaitu untuk menghubungkan penguat dengan suatu beban. Gandengan
yang menggunakan kapasitor disebut gandengan RC. disamping gandengan RC, orang
juga menggunakan gandengan langsung atau gandengan dc, dan gandengan
transformator. (sutrisno:1987)
Secara umum, suatu rangkaian penguat
dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1.2.
Sinyal masukannya dapat berasal dari suatu ‘sumber,’ yang dapat berupa sinyal
dari sensor DVD atau keluaran penguat tahapan sebelumnya dan dinyatakan sebagai
suatu sumber tegangan Vs
dan impedansi setara Thévenin Zs.
Sinyal masukan itu terdiri atas sinusoida dengan berbagai amplitudo dan
frekuensi, sehingga variabel itu dinyatakan sebagai fasor dengan nilai efektif.
Penguat satu tahap itu dicirikan oleh impedansi masukan dan keluaran Zi dan Zo serta suatu sumber tak bebas yang dikendalikan oleh
tegangan atau arus masukan. Penguatan penguat itu adalah seperti yang
diberikan oleh Persamaan (1.1), yaitu
Rangkaian penguat sinyal kecil khas
ditunjukkan pada Gambar 1.3.
Rangkaian yang ditunjukkan itu menggunakan FET sebagai komponen aktifnya, yang
tentu saja – dengan sedikit penyesuaian – dapat dengan mudah menggantikan FET
itu dengan BJT atau pentode bila diperlukan. (Zamoni:2004)
Rangkaian tersebut adalah rangkaian penguat
gandengan RC karena kapasitor
gandengan CC1
dan CC2 serta
resistornya yang terkait. Selanjutnya rangkaian yang cukup rumit itu digantikan
oleh model linear yang akan menanggapi sinyal bolak-balik. Dengan mengandaikan
bahwa transistor itu bekerja pada titik kerja yang sesuai, maka tegangan dan
prategangan yang ada tidak perlu diperhatikan lagi. Resistor prategangan RS dan RE diandaikan telah dipintas (bypass) oleh kapasitor CS
dan CE sehingga tidak
digambarkan dalam model pada Gambar 1.4.
Karena baterai merupakan hubung singkat bagi sinyal bolak-balik, kutub atas RD atau RC ditanahkan melalui baterai. Dipandang dari sinyal
masukan, R1 dan R2 merupakan hubungan paralel
dan digantikan oleh RG.
Semua baterai dihilangkan.
Model linear itu
berlaku cukup baik untuk frekuensi dari beberapa hertz sampai beberapa
megahertz (Yohanes:1979) . Memang dimungkinkan untuk melakukan analisis umum
bagi rangkaian-rangkaian itu sebagaimana adanya, tetapi lebih memudahkan, dan
lebih mendidik untuk meninjau pendekatan dengan 

penyederhanaan.
Gambar 1.5 menunjukkan bahwa rangkaian seri dan paralel
resistansi R dan kapasitansi C adalah
(1.2)
Tampak bahwa
dalam Persamaan (1.2) itu bahwa jika wCR ³ 10, Zser @ R dalam 0,5%. Juga jika wCR £ 0,1, Zpar @ R dalam 0,5%. Bila persyaratan itu dipenuhi,
impedansinya adalah resistif murni dan tidak bergantung kepada frekuensiKenyataan bahwa
penguatan tak tergantung kepada frekuensi sepanjang frekuensi menengah,
(1.6)
Jadi, keluaran tegangan frekuensi rendah VL kedua
rangkaian penyaring tersebut bergantung kepada keluaran tegangan menengah Vo, faktor kompleks yang
bergantung kepada frekuensi, dan suatu hasil kali RC. Pada saat frekuensi berkurang, lebih besar tegangan VT yang muncul di antara CC sehingga V pada keluaran akan berkurang
Frekuensi
potong atau frekuensi setengah daya yaitu pada saat
didefinisikan
oleh
Dengan mengacu
kepada Gambar 1.7. pada suatu frekuensi yang didefinisikan oleh
Tegangan masukan Vgs
akan turun sebesar 70% bila dibandingkan dengan Vo dan penguatan penguat itu akan berkurang. Pada suatu
frekuensi yang didefinisikan oleh
Tegangan keluaran Vos
akan turun sebesar 70% bila dibandingkan dengan gmVgsR dan penguatannya akan berkurang.
Penguatan tegangan frekuensi rendah keseluruhan untuk penguat FET dapat
dinyatakan sebagai
(1.10)
atau,
penguatan relatif pada frekuensi rendah dapat
dituliskan sebagai
(1.11)
Analisis tanggapan frekuensi rendah yang telah dibahas sebelumnya
mengandaikan bahwa CS
telah disimpangi (bypass) oleh RS pada frekuensi yang
terendah. Dalam praktik ternyata CS
lebih besar ketimbang CC1
atau CC2 dan CS merupkan unsur yang
penting dalam menentukan frekuensi potong bawah. Pendekatan praktis dalam hal
ini adalah dengan mengandaikan bahwa kapasitor-kapasitor gandengan itu masih
efektif pada frekuensi yang membuat CS
harus diperhitungkan(wahyu:1998). Dengan pengandaian itu, model penguat FET frekuensi
rendah diberikan pada Gambar 1.9.
Pada frekuensi rendah, penguatan tegangan berkurang karena arus gmVgs mengalir
melalui Zs (yang merupakan
kombinasi paralel antara RS
dan CS) menimbulkan suatu
tegangan yang mengurangi tegangan sinyal Vs.
Pada rangkaian tertutup masukan,
Vgs = Vs
– gmVgsZS
atau
dan penguatan
tegangannya,
, berkurang
dengan faktor (1 + gmZS).
Frekuensi potong bawah diperoleh bila (1 + gmZS)
besarnya sama dengan
. Karena ZS adalah besaran kompleks,
tidak terlalu sederhana untuk menetapkan nilai CS. Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk
menentukan suatu pendekatan.
Dengan RS tidak disimpangi,
penguatannya akan rendah (tetapi tidak sama dengan nol, karena nilai maksimum ZS adalah sama dengan nilai RS). Dengan RS disimpangi, penguatannya
adalah AV = gmRo. Oleh karena
itu andaikan CS cukup
besar sehingga pada f1
reaktansi
sama dengan resistansi efektif yang
disimpanginya. Resistansi efektif itu didefinisikan sebagai resistansi setara
Thévenin dilihat dari kutub-kutub RS tempat CS terhubung. Dengan membuat ZS = RS dalam Persamaan 1.12.
Karena ISC = gmVs dengan RS dihubung singkat, resistansi setara Théveninnya
adalah
(1.14)
atau
resistansi efektif itu merupakan kombinasi paralel antara RS dan
. Oleh karena
itu kriteria rancangan untuk frekuensinya adalah
(1.15)
Daftar Pustaka
Anonim.2011.PenguatGandengRC(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20285733-S...pdf diakses
pada tanggal 20 November 2016)
Anonim.2011.emiter ditanahkan(http://fmipa.unmul.ac.id/gjm/pedoman_akademik_fmipa.pdf diakses pada tanggal 20 November 2016)
Sutrisno. 1987. Elektronika Teori dan penerapannya. Jilid
2. Bandung: Penerbit ITB.
Unsri ,Zamroni, dkk, 2004, Acuan pelajaran Fisika. Jakarta: yudistira
Wahyunggoro,
Oyas. 1998. Pengukuran Besaran Listrik.
Yogyakarta: Diktat bahan kuliah Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada.
Yohannes, H.C.
1979. Dasar-dasar Elektronika.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar